28.3.10
Surat Cinta (yang dahulu, sekarang dan selama-lamanya Amin)
Dahulu, aku kira aku pintar.
Juara satu di sekolah, punya banyak teman, dan juga liar.
Tujuh dosa yang mematikan, kujalani tanpa sesal.
Sama seperti babi hutan, yang tak bermoral.
Kujalani hidup dengan akal budi,
Berdiri sendiri dan membangun kekuatan pribadi.
Sampai kemudian terpatri di hati,
Bahwa aku harus lebih berhati-hati.
Barulah kemudian aku berjumpa Dia,
Yang sejak itu selalu setia.
Aku diajar namun juga dihajar,
Disayang, dicinta dan ditampar.
Sekarang, aku punya Tuhan.
Kerajaan kedagingan dan hal-hal duniawi,
Buat aku sangat bertentangan dengan prinsip surgawi.
Kuganti semua itu dengan damai di lubuk hati,
Tidak lagi takut akan bencana atau mati.
Saudara-saudaraku kini tersebar di seluruh bumi,
Orang Cina, Afrika atau Betawi, banyak sekali seperti jerami.
Tiap hari aku bangun pagi, sebelum langit membiru,
Memuji Dia dan meninggikan Dia, dengan nyanyian yang baru.
Kutanggapi masalah tanpa mengerutkan dahi,
Kutahu pasti Dia menengahi.
Itu sebabnya aku tahu sekarang aku jauh lebih pintar,
Karena dari Raja sendiri aku diajar.
Selama-lamanya, aku tahu pasti aku selamat.
Karena itu janjiNya, itu keinginan hatiNya.
Ini bukan hanya perasaan saja,
Namun sesuatu yang pasti dan sekokoh baja.
Kemanapun aku melangkah, Dia menemani.
Tiap kali ku butuh pertolongan, Dia ada di sisi.
Saudaraku seiman, tiada yang lebih pasti dari pada Yesus.
Biarpun dunia hancur lebur, Dia menganggap kita khusus.
Tenang, saudaraku, kita tidak sendiri.
Karena di sampingmu, dan di sampingku, Dia berdiri.
(Muar, Malaysia, 26 November 2009)
Subscribe to:
Posts (Atom)
About Me
- NR
- problematic in associating names with faces.