Dahulu, aku kira aku pintar.
Juara satu di sekolah, punya banyak teman, dan juga liar.
Tujuh dosa yang mematikan, kujalani tanpa sesal.
Sama seperti babi hutan, yang tak bermoral.
Kujalani hidup dengan akal budi,
Berdiri sendiri dan membangun kekuatan pribadi.
Sampai kemudian terpatri di hati,
Bahwa aku harus lebih berhati-hati.
Barulah kemudian aku berjumpa Dia,
Yang sejak itu selalu setia.
Aku diajar namun juga dihajar,
Disayang, dicinta dan ditampar.
Sekarang, aku punya Tuhan.
Kerajaan kedagingan dan hal-hal duniawi,
Buat aku sangat bertentangan dengan prinsip surgawi.
Kuganti semua itu dengan damai di lubuk hati,
Tidak lagi takut akan bencana atau mati.
Saudara-saudaraku kini tersebar di seluruh bumi,
Orang Cina, Afrika atau Betawi, banyak sekali seperti jerami.
Tiap hari aku bangun pagi, sebelum langit membiru,
Memuji Dia dan meninggikan Dia, dengan nyanyian yang baru.
Kutanggapi masalah tanpa mengerutkan dahi,
Kutahu pasti Dia menengahi.
Itu sebabnya aku tahu sekarang aku jauh lebih pintar,
Karena dari Raja sendiri aku diajar.
Selama-lamanya, aku tahu pasti aku selamat.
Karena itu janjiNya, itu keinginan hatiNya.
Ini bukan hanya perasaan saja,
Namun sesuatu yang pasti dan sekokoh baja.
Kemanapun aku melangkah, Dia menemani.
Tiap kali ku butuh pertolongan, Dia ada di sisi.
Saudaraku seiman, tiada yang lebih pasti dari pada Yesus.
Biarpun dunia hancur lebur, Dia menganggap kita khusus.
Tenang, saudaraku, kita tidak sendiri.
Karena di sampingmu, dan di sampingku, Dia berdiri.
(Muar, Malaysia, 26 November 2009)
Sensible Cubicle
28.3.10
Surat Cinta (yang dahulu, sekarang dan selama-lamanya Amin)
Dahulu, aku kira aku pintar.
Juara satu di sekolah, punya banyak teman, dan juga liar.
Tujuh dosa yang mematikan, kujalani tanpa sesal.
Sama seperti babi hutan, yang tak bermoral.
Kujalani hidup dengan akal budi,
Berdiri sendiri dan membangun kekuatan pribadi.
Sampai kemudian terpatri di hati,
Bahwa aku harus lebih berhati-hati.
Barulah kemudian aku berjumpa Dia,
Yang sejak itu selalu setia.
Aku diajar namun juga dihajar,
Disayang, dicinta dan ditampar.
Sekarang, aku punya Tuhan.
Kerajaan kedagingan dan hal-hal duniawi,
Buat aku sangat bertentangan dengan prinsip surgawi.
Kuganti semua itu dengan damai di lubuk hati,
Tidak lagi takut akan bencana atau mati.
Saudara-saudaraku kini tersebar di seluruh bumi,
Orang Cina, Afrika atau Betawi, banyak sekali seperti jerami.
Tiap hari aku bangun pagi, sebelum langit membiru,
Memuji Dia dan meninggikan Dia, dengan nyanyian yang baru.
Kutanggapi masalah tanpa mengerutkan dahi,
Kutahu pasti Dia menengahi.
Itu sebabnya aku tahu sekarang aku jauh lebih pintar,
Karena dari Raja sendiri aku diajar.
Selama-lamanya, aku tahu pasti aku selamat.
Karena itu janjiNya, itu keinginan hatiNya.
Ini bukan hanya perasaan saja,
Namun sesuatu yang pasti dan sekokoh baja.
Kemanapun aku melangkah, Dia menemani.
Tiap kali ku butuh pertolongan, Dia ada di sisi.
Saudaraku seiman, tiada yang lebih pasti dari pada Yesus.
Biarpun dunia hancur lebur, Dia menganggap kita khusus.
Tenang, saudaraku, kita tidak sendiri.
Karena di sampingmu, dan di sampingku, Dia berdiri.
(Muar, Malaysia, 26 November 2009)
9.11.09
Dua Tuan dan Satu Anjing
Lonte-Lonte
Long Live Capitalism
a creature was born into this world by a laser beam
from the CIA.
like many other creatures, this one also learn about capitalism,
commercialism, and Mr. Money.
quite soon enough, it developed a certain feelings for money
called Love.
like many other Money groupies,
this creature is driven by money.
all it can think about is Capital with a big C.
then it's Love swallowed all of it's Money.
like most lovers did in this epidemic capitalism world.
swallowed it all like a wind that wipes away
all of it's dreams with it's money in the
so-called-promising-future.
don't be.
we're all humans inside.
(photography: danur setsumar & nadia rachel.
digital imaging: nadia rachel) Nurtured by nature.. or tortured?
What’s your top three drugs of choice? Demikian pertanyaan saya kepada seorang teman yang bekerja sebagai fotografer di sebuah majalah lokal. Tiga kata yang terlontar darinya adalah marijuana, anti-depressants, dan cocaine. Pertanyaan yang semula bertujuan untuk sekedar iseng – iseng belaka, ternyata ditanggapi dengan serius dan membutuhkan waktu sekitar 180 detik untuk menjawabnya. Ketika ditanya lebih lanjut kenapa membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab pertanyaan yang notabene konteksnya tidak jauh dari kehidupan sehari-harinya, ‘responden’ tersebut menjawab, “Abisnya top three sih, kalo disuruh milih satu sih gampang, udah pasti ganja.”
Marijuana yang memulai invasinya di tahun 1970-an itu sempat menjadi favorit utama bagi generasi orangtua kita. Magic grass yang konon disebut-sebut sebagai drug of choice-nya John Lennon, Bob Marley, dan sederet musisi lain yang namanya sudah tidak asing lagi di telinga itu dipopulerkan oleh flower generation (hippies) yang berkeliling Amerika untuk menyebarluaskan propaganda world peace-nya di tahun 1970-an. Sampai kini, meskipun world peace itu sendiri masih hanya angan-angan semata dan realisasinya sama susahnya dengan Pancasila, namun para hippie tersebut sukses membuat marijuana menjadi the number one drugs of all.

Dari era kejayaan cocaine di kalangan supermodel jaman Studio 54, LSD yang dipopulerkan Albert Hoffman, sampai anti-depressants yang ditemukan di kantong celana Winona Ryder sewaktu tertangkap shop lifting di Saks Fifth Avenue beberapa tahun lalu, semuanya mengindikasikan bahwa evolusi drugs semakin luas ragamnya. Jimi Hendrix terang-terangan mengatakan bahwa ia menyelipkan LSD di balik ikat kepalanya ketika konser. Nicole Richie yang sekarang dijadikan acuan
Apa hebatnya tumbuhan satu ini, yang legal di Belanda dan ilegal di
Otak kiri manusia diidentikkan dengan pemikiran rasional, sedangkan otak kanan identik dengan segi estetika dan emosional. Seorang pelukis mengatakan bahwa inspirasinya untuk melukis didapat ketika mengkonsumsi ganja. Namun ketika ditanya sejak kapan ia mulai mengkonsumsinya, ia membutuhkan waktu yang lama untuk menjawabnya. Lebih lama dari anak
Mulai dari satpam perumahan yang bisa disogok dengan selinting ganja untuk membukakan portal pada jam 5 pagi, seorang disc jockey yang mengakui bahwa setelah selesai perform di club terbiasa ‘nyimeng’, sampai artis muda ibukota yang mengatakan bahwa ia seringkali merasa tidak percaya diri untuk di-shoot sebelum mengkonsumsi marijuana; hampir semua orang dari segala strata sosial tidak terlepas dari pengaruh marijuana. Seorang graphic designer di Singapura mengatakan bahwa top drug of choice-nya adalah marijuana, selain ecstasy dan crystal. Padahal ia menyadari fakta bahwa di negara tempat ia menetap diberlakukan death penalty untuk marijuana user atau seller.
Ditinjau dari kacamata agama, marijuana itu dosa. Namun orang-orang beragama ternyata banyak juga yang tidak lepas dari ganja. Bagi orang-orang seni, kreativitas mereka datang dari marijuana. Dan negara kita butuh kreativitas rakyatnya untuk meningkatkan devisa negara, seperti Jepang yang penghasilannya dari komik manga empat kali lipat dari hasil export bajanya. Siapa tahu Aceh yang konon adalah produsen ganja terbesar di seluruh
Jadi, nurtured by nature.. or tortured by nature?
8.11.09
Salah Sendiri
6.9.09
27.4.09
17.2.09
Apanya Yang Lucu?
Beberapa menit yang lalu saya menyempatkan diri untuk melihat apa yang sedang dikerjakan oleh adik perempuan saya di kamarnya. Dia masih duduk di tingkat terakhir Sekolah Dasar, dan termasuk murid yang pintar di sekolahnya (melihat gelar Juara Umum yang berhasil didapatnya dan juara kelas berkali-kali). Saya menyadari potensi yang dimilikinya, dan selama ini selalu berusaha untuk membimbing dia sedapat mungkin ke arah yang positif. Dilihat dari perkembangannya, hebat juga koleksi film kartunnya hasil download sendiri di Rapidshare. Dari parental control yang saya lakukan, selama ini semuanya masih positif, sampai beberapa menit yang lalu.
Adik saya (Liza Rachel) sedang YouTube-ing ketika saya masuk ke kamarnya. Dari tampilan layar yang berwarna-warni, sepertinya kartun tersebut biasa saja, sama seperti kartun lainnya yang diperuntukkan untuk anak kecil. Ternyata ia sedang menonton Happy Tree Friends; kartun yang sudah sering saya dengar namun tidak pernah saya tonton sebelum hari ini. Tapi ketika saya memperhatikan adegan-adegannya, dahi saya langsung berkerut. Langsung saya bertanya.
"Buat apa sih nonton ini? Memangnya bagus?"
"Habisnya lucu, Kak. Buat iseng-iseng aja."
Lucu dari mana? Adegannya tidak jauh-jauh dari bola mata yang ditembus ujung gunting, pecahan kaca yang masuk ke dalam mulut, aquarium dengan air berwarna merah darah, karakter yang dijepit kursi sampai badannya hancur lebur, bahkan ada satu episode dari Mondo Mini Shows tersebut yang menceritakan bagaimana karakter berbentuk rusa berwarna biru yang kakinya terjepit pohon terpaksa menggergaji kakinya dengan sendok dan penjepit kertas sepanjang hari. Saya sendiri bukan tipe orang yang takut melihat darah, tapi ketika (dulu) saya menonton film Saw buatan Australia itu, jujur saja saya sempat mual melihat adegan kaki digergaji yang persis sekali dengan adegan Happy Tree Friends tersebut.
Ini memang bukan isu baru. Namun saya tidak dapat tidak memikirkan; apa kira-kira akibat jangka panjangnya bagi adik saya? Bagaimana dengan anak-anak lainnya? Apalagi mereka yang di bawah umur lima tahun (The Golden Age), yang kemampuannya menyerap informasi menentukan pertumbuhan cara berpikir mereka untuk (setidaknya) 30 tahun ke depan?
Hasil penelitian melalui metode content analysis oleh Parents Television Council terhadap kartun-kartun serupa di negara-negara maju menunjukkan bahwa dari 443 jam penayangan kartun-kartun tersebut, terdapat 3.488 bentuk kekerasan. Penelitian yang sama juga mengindikasikan bahwa lebih banyak kekerasan dalam program acara televisi untuk anak kecil dibandingkan program untuk orang dewasa. Sampai sekarang belum ada tanggapan yang riil dari pemerintah. Mereka hanya dapat menghimbau para orangtua untuk memperhatikan acara-acara televisi yang ditonton anaknya, dan memberikan penjelasan atau bimbingan tertentu.
Keseluruhan permasalahan ini membuat saya teringat dengan salah satu episode di The Simpsons, ketika Marge Simpson berinisiatif menghitung sendiri jumlah adegan kekerasan di kartun Itchy & Scratchy kesayangan Bart dan Lisa, kemudian menuntut perusahaan yang berkaitan untuk mengurangi kadar kekerasannya. Usahanya tidak sia-sia, karena Marge mendapatkan banyak dukungan dari orang-orang yang mempunyai visi yang sama.
Dan untuk sementara, saya hanya dapat 'melindungi' adik saya dari kejahatan kartun tersebut. Menyedihkan.Surreality vs. Hyperreal
I’m aware of the fact that human being is full of mysteries.
Nobody could predict what’s in our mind precisely,
just like nobody can understand us completely.
It’s impossible to reach 100% similar field of experience in life.
Only The Creator has the authority to access that other side of our life.
Come to think of it, human beings nowadays started to scare the hell out of me.
I saw these tendencies,
many tendencies becoming more and more habitual every day.
They covered up their life, their daily routines,
with this pseudo-mask to portray a pseudo-world,
causing us to live in a pseudo-reality.
And that makes us.. what?
Hypothetically speaking..
The Greatest Creation of God?
Or mediocre homo sapiens?
Look around.
Switch your meticulous mode on.
Smell the view, see the sweats.
It’s everywhere.
They’re imminent.
You can run, yet you can’t hide.
We sweat the small stuffs, and ignore the humongous stuffs that matters.
Or is it the small stuff that matters..?
Or the big stuff is innocuous..?
I can barely tell the difference no more.
Ever feel like you’re one of them?
Have you ever went to a party you didn’t even want to attend,
but you felt that you have some obligation to do so,
just because your hello-then-goodbye friend told you to come over because he/she’s
gonna spin the vinyl when you bumped into that person at some random place?
And we justify it with the label
“social-being.”
Have you ever hurt someone’s feeling?
Just because you know that you’ve done something wrong to that person,
but that pompous heart of yours told you not to apologize?
Then you’re being repulsive,
denying the fact that it is a paradoxical scene that you’re supposed to solve,
and we justify it with the label
“position means power”
or even worse;
"love hurts."
Have you ever seen those images or videos of war?
That costs more innocent souls than you can imagine,
and you know that their government’s only concern is the soil left to burry the corpses,
but you just stay put and sit still in your sleazy leather couch,
potato couching and stuffing microwave-heated popcorns into your mouth,
showing a glimpse of sympathy for a second,
then changed the channel, snubbed those feelings away
and go on with your life like nothing happened?
And we justify it with
“Oh, let’s not worry about something we didn’t need to think about.
It happened in the other side of the world anyways.”
or even worse;
“They already have authorized peoples to take care of them.
We can do nothing, because we’re nobody.
We are not that astute enough to change the world.”
Ever read an article that explains about how the symptoms of global warming
becoming more blatant and obvious,
damaging and dangerous day by day,
but you put down the magazine,
walked out into your vehicle that produces a massive amount of carbon dioxide
along with other vehicles you passed by on the way to your 35 stories high
office building with mirrors all over the skyscraper,
causing a glass house effect that leads to another damage toward
the earth’s ultra violet shields,
which we should overhaul instead of ignoring it?
And we justify it with
“One small change wouldn’t change the whole world.”
or worse;
“We didn’t build the goddamn buildings,
so go mind your own fucking business!”
A concrete state of reality has changed its form into a formal delusion
that we’ve created to hide our guilt.
The reality itself, is covered up with ‘other reality’,
which I may call the ‘hyper real’ world,
where the real ‘reality’ doesn’t appear as the real one anymore.
The real ‘reality’ has gone far more beyond that.
It became ‘surreal.”
And may I ask..
How concrete is surreal?
Go ask yourself.
Which side of reality are you living in right now?
Are you hyper real?
Or are you plain surreal?
And that should lead us to the final curiosity;
What is real?
And this is the point where I should leave.
So you guys can think with your contaminated brains.
Civilizations made a troglodyte out of us.
Dig out some reality.
See if you can still find any.
More Creature Than Human
Amongst all theories, statements, or even opinions
from brainiacs all around the world,
most of them mentioned The Humanism Theory in their explanation,
or in educational context; lectures.
Human being is the greatest creation of God,
and ‘they’ say that’s because we have emotion,
which is derived from our right brain,
filled with aesthetic, emotions, sympathy and empathy, and so on.
They say that aspect of internal factors is the only factor
that differentiate George Bush and those purple toads from Suriname;
human vs. animals.
The big question is: Is it true?
There’s this scientist whom I forgot his name,
but he made some sort of an research,
an observation about how different types of music
could make a difference for lab rats experiments.
Classic music makes them healthier,
rock music makes them grumpy.
Even this kind of observation is nonsense, IMO.
How could such an experiment with a variable such as music,
can be best described as rock and classic music as the only types
of music qualified enough to determine the result of an observation?
Stereotypes.
Sigh.
But then again, why do we feel depressed when we hear
Massive Attack’s Teardrop tune on a random radio station?
That’s because we have emotion, of course.
But how did rats become healthier and marijuana grows faster
when they listened to particular types of music?
Correct me if I'm wrong,
but if the same concept from those theorists is implemented
in the last two experiments, that means US (humans),
are no different than animals.
Or mammals.
Or carnivores.
Or cannabis.
Or white lilacs and red roses.
HUMAN reacts to music as a proof that we DO have emotions.
Could someone please explain it to me,
what about the rats and the marijuana..?
Otherwise I’ll draw a conclusion by myself,
and that'll make me an atheist.
Because if I believe in Darwin’s theory that human beings
are originated from the apes,
then it’ll be a contradictory against my own beliefs.
Oh, fuck it.
We’re more creature than human.
18.7.08
why do people with closed minds open their mouth?
About Me
- NR
- problematic in associating names with faces.
























